Masjid
Agung Roma berada di utara kota Roma. Berjarak sekitar 5 kilometer dari
inti kota yang paling bersejarah di kota Roma. Berada di distrik
Parioli yang merupakan kawasan bangunan bangunan apartemen hunian
menengah ke atas yang dibangun diantara tahun 1950 hingga 1970-an. Letak
persisnya berada di ujung taman Villa Ada Park yang luas yang terdiri
dari gunung Monte Antenne yang sangat lekat dengan legenda masa lalu
terkait dengan sejarah pendirian kota Roma.
Kawasan tempatnya berdiri juga merupakan bagian dari kawasan bersejarah meskipun cukup jauh dari pusat kota. Villa Ada Park merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan Italia di masa lalu, sedangkan gunung Monte Antenne dipercaya sebagai lokasi dari kota Sabian para Antenat yang kemudian ditaklukkan oleh pendiri kota Roma, Romulus.
Kawasan tempatnya berdiri juga merupakan bagian dari kawasan bersejarah meskipun cukup jauh dari pusat kota. Villa Ada Park merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan Italia di masa lalu, sedangkan gunung Monte Antenne dipercaya sebagai lokasi dari kota Sabian para Antenat yang kemudian ditaklukkan oleh pendiri kota Roma, Romulus.
Pembangunan
Masjid Agung Roma merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi muslim
Roma begitupun bagi para pembangunnya, mengingat signifikansi sejarah
kota Roma hingga menyangkut masalah sosial dan politik disana,
menjadikan pembangunan masjid ini menyita begitu banyak perhatian dari
berbagai pihak baik yang pro maupun kontra.
Keseluruhan
proses pembangunan masjid ini bahkan memakan waktu begitu lama hingga
mencapai 20 tahun, sejak pertama digulirkan tahun 1975 sampai ahirnya
benar benar berdiri di tahun 1995 lalu. Sampai sampai proses
perencanaan, pembangunan hingga peresmian masjid ini menjadi salah satu
bangunan yang paling banyak menyita publikasi dunia di abad ke 20.
Sebelum
masjid Roma dibangun, komunitas muslim di Kota Roma melaksanakan
aktivitas sholat berjama’ah di gedung gedung apartemen sewaan untuk
termasuk untuk kegiatan kegiatan budaya. Sebuah cerita yang berkembang
di tengah masyarakat dalam periode 1920-an ketika Mussolini di tanyakan
tentang kemungkinan untuk membangun masjid di kota Roma, Mussolini yang
memang biangnya rasisme itu menjawab “bila mereka mengizinkan saya
membangun gereja di kota Mekah, maka saya akan setuju mereka membangun
masjid di kota Roma”.
Islamic
Center Roma kemudian dibentuk tahun 1959 dan upaya memberikan sarana
bagi muslim yang tinggal di Roma serta berupaya mewujudkan kebutuhan
tempat ibadah permanen bagi kelompok kelompok jemaah muslim disana.
Menyadari begitu tingginya kebutuhan bagi kehadiran masjid di kota Roma,
Tahta Suci Vatikan kemudian mengeluarkan Dekrit tahun 1963 yang
menyatakan dengan tegas bahwa Vatikan tidak menentang pembangunan masjid
di kota Roma sepanjang bangunan masjid tersebut dibangun dilokasi yang
tidak terlihat dari Basilika Santo Petrus, serta menaranya tidak lebih
tinggi dari kubah Santo Petrus. Dan kemudian Islamic Cultural Center
Italia pun dibentuk secara resmi tahun 1966 disahkan dengan dekrit
presiden.
Keinginan
untuk membangun masjid di kota Roma semakin menguat di tahun 1972. Duta
besar dan perwakilan berbagai negara islam di Italia bersama sama
dengan perwakilan komunitas muslim setempat melakukan pendekatan kepada
presiden Italia bagi pembangunan Masjid Agung Roma / Centro Islamico
Culturale d’Italia di kota tua Roma. Tujuan utama dari pembangunan pusat
kebudayaan Islam tersebut juga dimaksudkan sebagai sarana bagi forum
dialog internasional yang menjembatani Islam dengan dunia barat.
Di
tahun 1975, atas nama pemerintah Italia, dewan kota Roma menghibahkan
lahan seluas 30 ribu meter persegi bagi pembangunan Masjid dan Pusat
kebudayaan Islam kota Roma. Lahan tersebut berlokasi di kaki gunung
Antenne berbatasan dengan jalur kereta api di salah satu sisi lahannya
dan ruas jalan Via G Pezzana di sisi lain nya. Di tahun yang sama Dewan
direktur Pusat Kebudayaan Islam menyelenggarakan Kompetisi Internasional
bekerjasama dengan dewan juri yang memiliki pengalaman internasional
terkait Arsitektur dan budaya Islam. Dari 42 peserta kompetisi tersebut
terpilih hasil rancangan Arsitek Irak Sami Mousawi dan Firma Arsitek
milik Paolo Porotgeshi / Vittorio Gigliotti.
Dewan
Direktur kemudian meminta kedua firma Arsitek tersebut untuk
bekerjasama merancang merancang proyek pembangunan Masjid Agung dan
Pusat Kebudayan Islam Roma. Hasil rancangan kedua firma arsitek kawakan
tersebut disetujui oleh Dewan Direktur Pusat Kebudayaan Islam pada bulan
Oktober 1976. Di bulan Februari 1979 rancangan ahir masjid tersebut
disetujui oleh dewan kota Roma dengan berbagai perubahan termasuk
mengurangi luasan ruang sholat utama, mengurangi ukuran kubah utama yang
ahirnya dibuat sebuah kubah utama yang dikelilingi rangkaian kubah
kubah kecil.
Keseluruhan
dokumentasi tender proyek pembangunan sudah diselesaikan oleh dua firma
tersebut dan seyogyanya proses pembangunan dimulai pada bulan Juli 1979
namun kemudian dibatalkan karena berbagai alasan sosial dan politik.
Pengajuan ulang kepada dewan kota dilakukan lagi pada tahun 1983 dengan
(lagi lagi) berbagai revisi rancangan termasuk pengurangan tinggi menara
dan ahirnya disetujui oleh dewan kota Roma. Proses pembangunan mulai
dilaksanakan pada 11 Desember 1984 ditandai dengan upacara peletakan
batu pertama oleh Presiden Italia (saat itu), Alessandro Pertini.
Kontrak pembangunan diserahkan kepada kontraktor di kota Roma, Fortunato
Federici. Paolo
Portoghessi/vittorio Gigliotti ditunjuk ulang sebagai pengawas
pelaksanaan pembangunan sedangkan Sami Maosawi bertindak sebagai
konsultan. Keseluruhan proses pembangunan selesai dilaksanakan pada
bulan Januari 1995. Keseluruhan proyek pembangunan tersebut menghabiskan
dana sebesar L 59 Milyar Lira Italia atau sekitar L 3 juta Lira untuk
setiap meter perseginya.
Keseluruhan
dana pembangunan tersebut ditanggung bersama 24 negara Islam yaitu :
Algeria, Uni Emirat Arab, Bahrain, Bangladesh, Brunei, Mesir, Indonesia,
Iraq, Jordania, Kuwait, Libya, Malaysia, Mauritania, Maroko, Oman,
Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Senegal, Sudan, Tunisia, Turki, dan
Yemen. Saudi Arabia memberikan kontribusi terbesar bagi pendanaan proyek
pembangunan tersebut. Upacara peresmian dilaksanakan pada 23 Muhharam
1416 H atau bertepatan dengan tanggal 21 Juni 1995 dihadiri oleh
Presiden Italia Oscar Luigi Scalfaro, ummat Islam dan tokoh masyarakat
Roma, serta perwakilan negara negara Islam yang ada di Italia.
Berbagai Aktivitas di Masjid Agung Roma
Komplek
masjid dan Islamic Cultural Center Roma ini memang sengaja dirancang
bagi muslim kota Roma dari berbagai kalangan. Pada saat dibangun komplek
ini disediakan bagi muslim disana yang diperkiarakan mencapai 20 ribu
jiwa namun sayangnya tidak ada angka akurat terkait jumlah muslim
disana, namun yang sudah terjadi di tiap pelaksanaan sholat hari Raya di
komplek ini dihari oleh lebih dari 15 ribu jemaah hingga sholat
terpaksa dilaksanakan dalam tiga gelombang.
Sekelompok
kecil komunitas muslim kota Roma termasuk korp diplomatic dan para
perwakilan Negara Negara sahabat untuk Italia dan Vatikan. Setidaknya
adalah 23 negara yang turut ambil bagian dalam pendanaan pembangunan
masjid ini. duta besar Negara negar Islam menempati 11 dari 13 kursi
dewan administrasi Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam tersebut, dan dua
kursi sekretaris Jenderal dijabat oleh perwakilan Persatuan Mahasiswa
Muslim di Italia.
Kelompok
muslim kedua yang tak kalah penting adalah terdiri dari para mahasiswa
dari berbagai Negara Islam yang sedang menuntut ilmu di Italia,
sedangkan kelompok ketiga adalah para pekerja muslim dari berbagai
Negara Islam yang bekerja di Kota Roma. Rata rata mereka berpenghasilan
rendah datang dari Maroko, Mesir, Senegal, Bangladesh, Albania dan
Bosnia-Herzegovina. Dengan mempertimbangkan kelompok muslim kedua dan
ketiga ini yang memiliki jumlah paling banyak, sangat jelas bahwa jemaah
yang datang ke Masjid Agung Roma paling banyak dari kaum muda muslim
kota Roma.
Sebagai
tambahan bahwa pusat kebudayaan Islam dan Masjid Agung Roma telah
menjadi sebuah etalase yang dengannya warga kota Roma dapat mengerti dan
memahami atau setidaknya mendapatkan imformasi tentang Islam sebagai
sebuah agama dan Peradaban. Masjid dan Pusat Kebudayaan Roma terbuka
untuk kunjungan umum dua kali dalam sepekan dengan tingkat kunjungan
mencapai dua ribu hingga tiga ribu pengunjung perbulan. Komplek ini juga
telah menjadi salah satu tujuan wisata penting kota Roma dan sudah
dimasukkan dalam peta panduan Wisata resmi kota Roma seperti pada the Michelin Tourist Guide.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.